Rabu 16 April 2013—2 Raja-raja 23: 10-12 “LOWONGAN KERJA: GPIB MEMBUTUHKAN YOSIA-YOSIA MUDA YANG MAU MENJADI AGEN PEMBAHARUAN”


images (12) GPIB MEMBUTUHKAN YOSIA-YOSIA MUDA YANG MAU MENJADI AGEN PEMBAHARUAN”

KALAU MAU JADI AGEN PEMBAHARUAN ANDA HARUS BELAJAR DULU TENTANG SEPAK TERJANG YOSIA

23:10 Ia menajiskan juga Tofet yang ada di lembah Ben-Hinom, supaya jangan orang mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban dalam api untuk dewa Molokh. 23:11 Dibuangnyalah kuda-kuda yang ditaruh oleh raja-raja Yehuda untuk dewa matahari di pintu masuk ke rumah TUHAN, dekat bilik Natan-Melekh, pegawai istana, yang tinggal di gedung samping; juga kereta-kereta dewa matahari dibakarnya dengan api. 23:12 Mezbah-mezbah, yang ada di atas sotoh, tempat peranginan Ahas, yang dibuat oleh raja-raja Yehuda, dan mezbah-mezbah, yang dibuat Manasye di kedua pelataran rumah TUHAN, dirobohkan oleh raja, dan diremukkan di sana, lalu dicampakkannya abunya ke sungai Kidron. (baca:2 Raja-raja 23:1-30)

Intermezo

Ayat 25, Sebelum dia tidak ada raja seperti dia yang berbalik kepada TUHAN dengan segenap hatinya, dengan segenap jiwanya dan dengan segenap kekuatannya, sesuai dengan segala Taurat Musa; dan sesudah dia tidak ada bangkit lagi yang seperti dia. Yosia disebut sebagai raja yang paling setia dan mengabdi dari semua raja yang memerintah atas umat Allah.

Pembaharuan yang dilakukan Yosia dimulai dari dirinya sendiri. Ia tidak meneladani ayahnya, Raja Amon maupun kakeknya, Raja Manasye yang jahat di mata Tuhan. Namun ia meneladani leluhurnya, Daud, dengan melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Yosia mengalami pembaharuan diri secara rohani dengan menyembah dan taat kepada Tuhan. Ia menjalani hidup yang berkenan kepada Tuhan, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri. Tidak hanya itu, ia menghancurkan semua berhala dan mezbah penyembahannya. Bahkan semua tulang para imam sesat pun dibakarnya. Dengan demikian, Yosia membawa Yehuda dan Yerusalem bertobat dan kembali menyembah Tuhan, juga dengan kota dan daerah lain di sekitarnya.

Jika kita telusuri 2 Raja 22-23 > Pembaharuan yang dilakukan Yosia hampir menyeluruh berpusat pada reformasi agama secara total. Puncak reformasi itu dicapai pada tahun ke 18 pemerintahannya.

Pembaharuaan Yosia:

Pada tahun ke 8 pemerintahannya, ia sendiri secara pribadi meninggalkan agama yang sudah menyimpang yang sifatnya politeisme, yang dianut pemerintahan terdahulu.

Hal Yosia adalah seorang muda yang baru berumur 16 tahun sangat berani menentang tuannya ‘raja Asyur’, melalui keputusannya berhenti memuja ilah-ilah Asyur.

4 tahun kemudian reformasi itu mendapat dukungan, meluas ke Yerusalem dan daerah-daerah lain. Ditemukannya kitab Taurat saat Yosia berumur 18 tahun (+ 621 sM) memacu semangatnya melancarkan reformasi itu, yang sekarang memasuki tahapan ketiga, yang paling jauh jangkauannya.

Kendati penulis Kitab Raja-Raja memusatkan beritanya pada apa yang terjadi sesudah gulungan Taurat ditemukan, berita itu menggambarkan bahwa Reformasi Yosia mendahului penemuan itu. Bahwa Bait Suci sedang dipugar waktu itu dan bahwa uang untuk memugarnya sudah dikumpulkan beberapa tahun sebelumnya (2 Raja 22:3-7), hal tersebut merupakan bukti yang jelas mengenai penemuan itu.

Reformasi Yosia lebih hebat dari reformasi Hizkia (bandingkan dengan 2 Raja 23:13) dan lebih luas. Raja Yosia bukan hanya memusnahkan semua bukit pengorbanan (bamot) di Yehuda dan Benyamin. Semangat reformasinya mendorong dia juga menjelajahi Efraim, Benyamin bahkan ke utara ke naftali di Galilea. Dimana saja dimusnahkannya setiap piranti dan sarana ibadah kafir (2 Raja 23:19-20).

Secara khusus, dia menggenapi nubuat menggenapi bukit pengorbanan di BETEL, dimana pertama kalinya Yerobean bin Nebat memperkenalkan hal-hal baru dalam hidup keagamaan (2 Raja 23:15-18).

Kebijakan berikutnya, yakni pemberlakuan kembali perayaan Paskah, jauh melebihi perayaan Paskah pada zaman Hizkia, dan tidak ada taranya sejak zaman Samuel (2 Raja 35:18 ).

Catatan: Tetapi kendati reformasi itu sangat seksama, hampir seluruhnya lahiriah saja dan tak pernah mendampakkan perubahan yang sungguh-sungguh dalam hati umat Israel. Ini jelas terdapat dalam nubuat Yeremia yang dituliskan pada (Yeremia pasal 1 dan 2), dengan bukti cepatnya umat Israel itu berbalik kepada penyembahan-penyembahan berhala segera setelah Yosia meninggal.

Pembaharuan yng dilakukannya bukan hanya terjadi pertobatan massal saja, tetapi Yosia juga memberhentikan para imam berhala yang telah diangkat oleh raja-raja Yehuda sebelum Yosia lahir. Inilah yang disebut transformasi bangsa. Yosia melakukan sesuai isi nubuatan terhadap dirinya bahwa ia akan, memecahkan tugu-tugu berhala dan menebang tiang-tiang berhala, lalu ditimbuninya tempat-tempat itu penuh dengan tulang-tulang manusia. Juga mezbah yang ada di Betel, bukit pengorbanan yang dibuat oleh Yerobeam bin Nebat yang mengakibatkan orang Israel berdosa, mezbah dan bukit pengorbanan itu pun dirobohkannya dan batu-batunya dipecahkannya, lalu ditumbuknya halus-halus menjadi abu, dan dibakarnyalah tiang berhala. Dan ketika Yosia berpaling, dilihatnyalah kuburan-kuburan yang ada di gunung di sana, lalu menyuruh orang mengambil tulang-tulang dari kuburan-kuburan itu, membakarnya di atas mezbah dan menajiskannya, sesuai dengan firman TUHAN yang telah diserukan oleh abdi Allah yang telah menyerukan hal-hal ini,”(II Raja-raja 23:14-16). Inilah yang disebut transformasi atau pembaharuan.

Tuhan dapat memakai siapa saja untuk menjadi alatNya. Tidak ada batasan usia saat Tuhan memakai kita untuk melayani. Yosia berumur delapan tahun pada waktu ia menjadi raja, ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri. Perbuatannya yang mungkin menghebohkan penduduk Yerusalem adalah ketika ia meluluhlantahkan mezbah-mezbah dan berhala-berhala. Kalau Yosia bisa dipakai Tuhan sejak usia muda, Bagaimana dengan kita?

Kontemplasi

Gereja hadir dalam dunia untuk membawa pesan pembaruan dari Tuhan yang datang melakukan transformsi dalam seluruh tatanan kehidupan manusia. Manusia modern sangat dipengaruhi oleh paham kemajuan yang terlalu menitikberatkan pada bidang ekonomi(materialistik), sehingga terbentuklah pribadi-pribadi konsumtif yang mencari nilai hidup dalam materi. Nilai yang diutamakan bukanlah cinta kasih melainkan status. Konsep hidup bukanlah mandiri tetapi memiliki. Sukses diukur dari kekayaan, kekuasaan dan kenikmatan dan tidak lagi pada prestasi dan pelayanan.

Apa yang harus dilakukan GPIB/pemimpinnya sebagai agen pembaruan?

Sudah sangat lama gereja-gereja merumuskan sikapnya terhadap dunia, termasuk terhadap pembangunan Indonesia, yaitu positip, kritis, kreatif dan realistis. Tetapi rumusan itu memang sebatas rumus pengetahuan dan belum menjadi rumus pengertian. Artinya, dalam kenyataannya gereja-gereja di Indonesia lebih banyak tunduk kepada kemauan dunia dari pada kepada Yesus Kristus sebagai sumber pengetahuan dan moralnya. Gereja mestinya menjunjung tinggi kasih sebagai hukum pertama dan utama yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Kalau itu dilakukannya, maka ia akan mampu berperan sebagai agen pembaruan. Gereja membutuhkan “Yosia-Yosia” yang berani dan tidak mengenal kompromi.

Gereja atau pemimpin gereja yang terutama berpusat pada hakikatnya sebagai “followers of Christ”. Itu berarti berarti gereja/pemimpin gereja menjadi terlibat dengan Dia , mengikuti arahannya-Nya. Mengikut Kristus adalah suatu formasi bukan sekadar perubahan bungkus luar tetapi perubahan hati dan perubahan manusia seutuhnya.

Gereja tidak sekedar menjadi persekutuan orang beragama Kristen melainkan menjadi persekutuan orang beriman/ bertuhankan Yesus Kristus. Gereja tidak sekadar menjadi persekutuan penggemar Yesus Kristus, tetapi peneladan Yesus Kristus.

GPIB dan gerejanya harusnya berubah dari gereja yang eksklusif menjadi gereja yang inklusif. Dari gereja yang melayani dirinya sendiri menjadi gereja yang melayani dunia, yang terbuka kepada dunia sekitarnya tidak untuk mengikutinya tetapi untuk melayaninya. ” Tuaian banyak tapi pengerjanya malas dan takut”

Khusus untuk para pemimpin gereja, pembaruan budi berarti perubahan dari orang-orang yang mengutamakan jabatan dalam gereja menjadi orang-orang yang mengutamakan pelayanan, pengabdian dan pengurbanan diri.

Pemimpin gereja tidak seharusnya ikut-ikutan pemimpin dunia yang mengedepankan kekuasaan dan materi. Kristus tidak hanya mengajarkan tetapi juga meneladankan dan melakukan suatu model kepemimpinan yang melayani dan mengurbankan hidupnya untuk orang lain.

Kalau pemimpin gereja mau dan mampu melaksanakan tugasnya sebagai agen pembaruan maka ia tidak hanya harus menjadi tempat edukasi dan wacana moral tetapi juga harus menjadi tempat perbuatan , pemberlakuan moral dan sebagai saksi moral yang nantinya akan menghasilkan pelayan moral. Semua ini harus dimulai dari kehidupan pribadi yang bergereja.

Pembaharuan itu tidak bisa diharapkan terjadi kalau tidak dimulai dari diri sendiri.

Karena itu perlu ada langkah-langkah pembaruan yang disebut gerakan 5R (Reevaluasi, Redefinisi, Revitalisasi, Reorientasi dan Reformasi).

Untuk menjadi agen pembaharuan di Indonesia, GPIB perlu membangun KEMITRAAN dan KESETARAAN demi KESETIAKAWANAN SOSIAL mulai dari dalam.

“GEREJA MEMBUKA LOWONGAN BAGI YOSIA-YOSIA MUDA YANG BERANI DAN TAAT PADA TUHAN UNTUK MENJADI AGEN PEMBAHARUAN”

Tinggalkan komentar